Belum
lama ini, divisi Pers dan Jurnalistik (PERSJUR) Himpunan Mahasiswa Pendidikan
Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial UNY berkesempatan mewawancarai seorang pemuda
yang aktif dalam menggeluti organisasi Karangtaruna di Desa Guwosari, Pajangan,
Bantul yaitu Masduki. Dalam usia muda, beliau mampu memberdayakan organisasi
dengan baik. Tidak hanya itu, beliau yang berusia 27 tahun sudah menduduki
posisi penting di desanya yakni sebagai kepala desa setelah berkecimpung di
karangtaruna. Motivasi beliau mengikuti organisasi yaitu merangkul pemuda dan
melangkah bersama untuk memajukan desa mereka.
Untuk
mencapai tujuan terkait mensejahterakan desa melalui karangtaruna, hal yang harus dilakukan adalah merangkul dan memahami
bakat serta minat pemuda agar dapat dikembangkan. Apabila potensi setiap pemuda
desa dapat dikembangkan dan terakomodir dengan baik, mereka tentu dapat
berkontribusi lebih banyak terhadap kemajuan desa. Adapun
karangtaruna yang dikembangkan oleh beliau di Desa Guwosari ini merupakan
karangtaruna gabungan yang terdiri dari 15 karangtaruna dusun dan 27 sub unit
dari tingkat RT. Namun demikian, soal pembagian peran nampaknya bukan hal yang
perlu dikhawatirkan meskipun memiliki banyak anggota. Disamping itu, senioritas
yang selama ini menjadi momok dalam berorganisasi tidak ditemukan di organisasi
ini.
Alih-alih mengandalkan senioritas untuk memperbesar wibawa pimpinan di
organisasi ini, mereka lebih baik untuk berjalan bersama anggota-anggota yang
lainnya. Salah satu cara untuk melakukan hal ini yakni dengan memunculkan
kebijakan-kebijakan yang sifatnya bottom
up, jadi setiap kebijakan yang diambil murni persetujuan seluruh anggota
bukan hanya pihak-pihak pemangku kekuasaan tertinggi di organisasi tersebut.
Selain itu, cara lain untuk mewujudkan hal tersebut juga dengan aktif
mendampingi anggota-anggota baru semaksimal mungkin dengan membuat sebuah tim
khusus. Organisasi
ini memiliki program kerja unggulan yang bergerak dalam bidang sosial. Seperti
belum lama ini menggelar acara yang diperuntukkan bagi penyandang disabilitas
di desa mereka. Dengan diadakannya program ini mereka berharap agar nantinya
masyarakat tidak memandang sebelah mata penyandang disabilitas dan lebih
memanusiakan mereka. Salah satu fitur dari program ini yang dirasa berhasil
yakni acara penggalangan dana untuk para penyandang disabilitas tadi karena
dengan begitu mereka bisa mendapatkan modal untuk memulai usaha atau sekedar
memberikan keringanan terhadap beban hidup yang mereka tanggung.
Namun,
meskipun mereka dinilai sukses dalam menjalankan organisasi berikut program
kerjanya mereka mengakui ternyata dalam melakukan hal itu tidak semudah
membalikkan telapak tangan. Salah satu tantangan misalnya ketika sebagian besar
anggota merasakan berada di titik jenuh. Hal itu sempat menjadi kekhawatiran
Masduki dan yang lainnya. Namun kekhawatiran tadi dapat dikikis dengan rutin mengadakan
acara upgrading, gathering anggota
dan lain sebagainya. Selain itu, dalam organisasi ini juga dikembangkan rasa
saling perhatian yang tinggi.
Siasat
tersebut berjalan dengan efektif. Anggota-anggotanya menjadi tim yang solid dan
mampu menciptakan program yang lebih hebat lagi dan memiliki dampak positif bagi
masyarakat desa. Salah satu program yang berdampak positif yakni program bedah
rumah. Adapun dana untuk program ini berasal dari dana desa dan dari warga desa
ini. Dulu, sebelum ada APBS dari pemerintah pusat, dana yang dianggarkan untuk
karangtaruna hanya sebesar 3 juta. Saat ini jumlahnya lebih besar lagi,
sehingga mereka dapat menciptakan program yang lebih banyak dan berkualitas
daripada sebelumnya. Hal ini selain didukung oleh SDM yang memadai di dalam
internal organisasi, juga oleh pendanaan yang memadai. Tidak banyak yang
diharapkan dari para pemuda hebat anggota karangtaruna Desa Guwosari, satu hal yang menjadi cita-cita
mereka sejak awal, yaitu ingin memajukan desa agar para warganya tidak perlu
merantau ke luar daerah. Mereka ingin warga dan pemuda berdaya dan berjasa di
desa mereka sendiri. (RJG)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar